Perempuan, Berjilbab, dan Solotravelling (Hari 3) : UPM - Kuala Lumpur

"To travel is to discover that everyone is wrong about other countries" - Aldous Huxley



Jauh hari sebelum kedatanganku ke Malaysia, aku menghubungi seorang kenalan dari Universiti Putra Malaysia (UPM) yang kebetulan pernah ke UGM selama beberapa minggu. Joshua namanya, seorang mahasiswa master di Fakulti Sains dan Teknologi Makanan. Aku menghubunginya karena aku ingin sekali datang dan melihat kampusnya. Entah kenapa aku selalu ingin berkunjung ke universitas lain ketika aku pergi ke suatu tempat, apalagi kalau universitas tersebut punya jurusan yang sama dengan jurusanku. Gayung bersambut, Joshua bersedia menemuiku di UPM! Kami pun janjian untuk bertemu di UPM pada Senin, 14 Maret 2016 pagi. Tapi tersebab lokasi hotel yang ada di antah berantah dan akan super muter-muter kalau naik bis (naik taksipun gak tau harus nyari di mana), akhirnya aku bilang ke Joshua kalau aku gak yakin bisa datang tepat waktu. Eh, Joshua malah nawarin ngejemput di hotel (baik bangeeeeet *pengen nangis*). Jadilah Senin pagi itu sekitar pukul 9, aku dijemput Joshua di hotel untuk kemudian menuju UPM.



Kunjungan singkat ke Universiti Putra Malaysia

UPM ini besar, tapi bangunannya relatif jarang-jarang. Banyak lapangan, hutan, dan danau-danauan. Kontur tanahnya agak berbukit, naik turun gitu. Asri banget lah kampusnya, adem. Di dalem UPM ini ada lapangan golf, btw. Hahaha... Ada juga makam cina dan makam muslim di dalam area kampus (ngebayangin kalo malem serem juga). Hutan yang ada di area kampus ini masih dihuni monyet, bahkan monyetnya kadang keluar hutan. Aku sempat melihat beberapa monyet, tapi saking terkesimanya sampai lupa ambil gambar. Aku gak tau sih secara luas wilayah lebih luas mana antara UGM sama UPM. Satu hal yang sama: sulit cari parkiran buat mobil mahasiswa! Hihihihi. Setelah dapat parkiran langsung deh kami ke tempat ini...

TPHP di sana Fakultas meeen....
Sesampainya di kampus, kami melakukan tour lab. Berasa orientasi mahasiswa baru deh, hehehe. Di sebuah ruang kerja mahasiswa, aku bertemu dengan Farah yang dulu juga menghabiskan beberapa minggu di UGM. Selain Farah, aku juga bertemu dan berkenalan dengan beberapa mahasiswi master di sana *kyaaaa kapan aku jadi mahasiswi master yaa Allah*. Sayangnya, kemampuanku mengingat nama kurang begitu baik, sehingga beberapa nama ada yang lupa *maafkaaaaan*. Selanjutnya kami ke laboratorium mikro untuk bertemu kak Norlia, mahasiswi doktoral yang dulu juga bersama Joshua dan Farah tinggal beberapa minggu di UGM. Tapi karena kak Norlia sedang sibuk bekerja dengan cawan petri yang entah berisi apa, jadi cuma numpang foto bareng sebentar aja, hehehe.

bersama mahasiswi UPM di dalam ruang kerja mereka; Farah yang pakai jilbab biru
bersama Kak Norlia

Ulfah nggumun sama NGV

Puas berkeliling di UPM, Joshua kemudian mengantarkan dan menemaniku jalan-jalan di Kuala Lumpur. Sebenarnya lokasi UPM bukan di Kuala Lumpur juga sih, tapi gak terlalu jauh juga. Ada yang menarik untukku secara personal dalam perjalanan kami menuju Kuala Lumpur. Jadi ceritanya mobil Joshua bahan bakarnya bukan bensin, melainkan NGV (gas). Nah, saat perjalanan itu kami sempat mampir ke semacam SPBU buat isi gas. Itu untuk pertama kali dalam hidup lah liat proses pengisian bahan bakar gas. Hahaha, call me ndeso apalah terserah, tapi seriusan aku nggumun banget waktu itu. Hahahaha. *sungkem sama Bang Ricky Elson dan orang keren Indonesia lainnya dulu deh, semoga mobil-mobil keren kalian segera banyak di pasaran biar Ulfah dan Ulfah-Ulfah yang lain gak keliatan ndeso amat di negara orang*


Bahagianya ditemenin jalan-jalan :")

Sesampainya di Kuala Lumpur kami memarkirkan mobil di kawasan parkir yang disebut Padang Merbuk. Dari lokasi parkir mobil kami berjalan kaki ke tugu melewati jalanan beraspal tapi dikelilingi hutan. Kalau dilihat di peta, lokasi itu benar-benar dekat dengan pusat keramaian di Kuala Lumpur.  "Hebat juga" batinku, di kota besar seperti itu masih ada hutan yang tenang dengan suara burung yang bersahut-sahutan. Dari kejauhan terlihat KL Tower menyembul di balik pepohonan, sayang ketrampilan fotografiku kurang oke jadi gak dapat gambarnya. Kami juga melewati istana selangor yang lama (karena menurut Joshua istana sudah dipindah ke daerah lain).

Istana Selangor lama
Setelah berjalan beberapa waktu, kami sampai juga di tugu negara. Semacam tugu pahlawan gitu lah. Ada nama beberapa pahlawan Malaysia yang gugur di medan perang di tugu tersebut. Selain tugu, ada juga patung yang menggambarkan pertempuran dan juga sebuah bangunan setengah lingkaran dengan kubah masjid di atasnya. Ngomong-ngomong tentang kubah masjid, di Malaysia banyak bangunan yang atapnya seperti kubah masjid.  Joshua dengan jujur bilang kalau dia belum pernah ke tempat itu juga seumur hidup, jadi dia sama excitednya sama aku. Hahaha. Awalnya geli waktu tau dia belum pernah ke sini, tapi kemudian aku sadar diri kalau aku sendiri bahkan belum pernah ke satu pun toko perak di sentra kerajinan perak Kotagede, yang jaraknya hanya lima menit dari rumah. Padahal banyak orang dari luar negeri datang berbondong-bondong ke sana. Ahahahaha.


Patung ini justru lebih menarik daripada tugunya itu sendiri. Hihihihi. View di hadapan patung ini juga apik lho

Selamat datang, padahal sih masih masuk jauh :p

Perjalanan berlanjut ke KL bird park. Masih dengan berjalan kaki, kami menuju KL bird park yang terletak di seberang jalan. Tapi karena jalannya naik-turun, jadi agak pegel juga, hehehe. Buat yang mau liburan ke Malaysia dan ada budget lebih, masukkan KL bird park dalam list deh. Aku sih bahagia dan terpuaskan dengan tempat ini. Mencoba membandingkan ya, kalau dibandingkan dengan Bali bird park sih kayaknya lebih luas ini. Kalau di Bali, area jalan kaki yang ada burung terbang bebasnya (free-flight walk-in aviary) kecil banget. Lebih banyak burung yang di dalam sangkar. Kalau yang di KL ini seluruh area ada burung bebasnya. Bahkan, beberapa burung suka mengikuti kita jalan, hihihi. Secara kuantitas, jumlah burungnya kayaknya jauh lebih banyak di KL, tapi variasinya kayaknya lebih banyak di Bali (kayaknya lho ini, gak pegang data soalnya, hehehe). Eh, atau cuma gara-gara aku gak nemu Cendrawasih si burung emas dari tanah Papua tercinta di KL ya jadi ngerasa lebih variatif di Bali? Hahahaha... Kalau dibandingkan dengan Gembira Loka (GL a.k.a mbero - di Jogja) bird park.... errr.... Jauh banget! Mung sak encrit kalau di GL, super duper kecil banget. Hahahaha... Tapi di GL ada penguinnya men, keren to... Hahahaha.

ini nih burung yang suka ngikutin kalau kita jalan

lovebird-nya baru gak mesra-mesraan nih, mungkin menjaga perasaanku yang jomblo :p

Sempat hampir dipatok burung merak di sana, tapi bukan yang ini kok pelakunya


Banyak banget burungnya, berderet-deret di belakang kami juga
Puas banget! Seneeeeng, yah walaupun pakai acara hujan-hujanan di akhir kunjungan sih (dan harus nonton pasangan Arab ngalay di bawah hujan, bikin ngiri #eh hehehe). Super thanks buat Joshua yang udah ngajak ke sini. 


Deep thought, nyasar, dan perpisahan (kupikir)

Setelah hujan lumayan reda, kami jalan lagi, kali ini menuju dataran merdeka. Dataran merdeka ini lokasi yang menjadi saksi kemerdekaan Malaysia (emm, tiba-tiba terbayang "jalan pegangsaan timur" yang sampai detik ini aku gak tau lokasi persisnya di mana *tutup muka malu*). Kami duduk cukup lama di tepian lapangan merdeka sembari memandangi apa-apa saja yang ada di sana. Duduk diam di suatu tempat sambil mengamati sekeliling memang selalu jadi aktivitas menyenangkan bagiku. Kami beranjak ke seberang lapangan melewati bangunan sultan abdul samad menuju deretan gambar wajah akrilik. Wajah-wajah perdana menteri Malaysia dari masa ke masa lengkap dengan keterangan diri, segala prestasi dll. Secara mengejutkan ada seorang laki-laki etnis Tionghoa menghampiri kami dan berbicara banyak tentang salah satu perdana menteri. Aku anggap sebagai tambahan pengetahuan deh, setidaknya aku tau bahwa gak selamanya rumput tetangga lebih hijau daripada rumput kita sendiri. Walaupun begitu, tetap aku berpegang teguh pada prinsipku, "bagimu negaramu, dan bagiku negaraku" #eh hehehe.

Bangunan Sultan Abdul Samad*abaikan motornya*

Apa yang disampaikan mas-mas Tionghoa ini sebenarnya sama persis dengan apa yang Joshua sampaikan sebelum kami bertemu masnya. Jadilah selepas kami berpisah dengan masnya, obrolan kami semakin berat dan berat dan berat. Hahaha. Ya walaupun diselingi juga dengan banyak pertanyaan random. Ada satu hal yang sangat menghibur dan berkesan, jadi di sela-sela obrolan berat kami, kami mengalami nyasar berkali-kali. Lewat jalan sini, salah, ganti jalan, muter, eh ketemu jalan yang pertama, ganti lagi dan seterusnya. Hahaha. Tapi, asli! Pengalaman muter-muter itu justru yang mempermudah perjalananku di hari-hari terakhir nantinya.

Sebenarnya nyasar itu mau ke mana sih? Pertama, warung mamak. Apa sih yang kebayang ketika denger kata "warung mamak", guys? Sumpah ya, yang ada dalam bayanganku seumur-umur aku hidup, "warung mamak" adalah warungnya ibu-ibu (baca: emak-emak) gendut dan galak tapi masakannya enak. Padahal, warung mamak ternyata adalah warung India muslim! Adoh bangeeeeet Faaaah... Salah besar kan si Ulfah. Hahahaha. Satu sih yang bener, masakannya enak. Memang dasarnya suka makanan berempah sih *seseorang tolong bawa aku ke rempah Asia malam ini jugaaa*.

Tujuan kedua adalah petaling street, semacam kawasan pecinan ketandan tapi jauh lebih ramai. Begitu masuk gerbang pecinan rasanya pengen ketawa, teringat beberapa waktu lalu (waktu ada festival di kampung cina ketandan), aku mengajak Ajeng datang ke pecinan pagi-pagi sekali. Padahal, acara baru dimulai jam 5 sore. Wahahaha... Fail. *sungkem sama Ajeng*. Untungnya Joshua nggenah, gak kayak aku :p Saat kami sampai di petaling street, seluruh stand sudah buka dan suasana juga sudah lumayan ramai. Walaupun aku gak beli apa-apa di hari itu, tapi lumayan untuk ancang-ancang belanja oleh-oleh di hari terakhir, hehehe. Maklum otak ibu-ibu, ancang-ancang harga dan kebutuhan. Hehehe. Kemudian kami kembali ke padang merbuk, tempat mobil Joshua diparkirkan. Tentu saja dengan kejadian nyaris nyasar (lagi). Hahaha.

Sebelum sampai di Padang Merbuk kami duduk sebentar di taman, entah apa nama taman itu. Sambil mengistirahatkan kaki, kami lanjutkan obrolan-obrolan berat kami. Kupikir saat-saat di taman itu akan jadi saat terakhir ketemu Joshua di perjalanan ini. Sampai Joshua bercerita tentang sebuah tempat yang konon katanya mirip bukit bintang di Pathuk, Gunungkidul. Tertarik dengan ceritanya, aku akhirnya menanyakan cara transportasi apa yang bisa kuambil untuk sampai ke sana. Sayangnya gak ada transportasi umum sampai sana katanya. Surprisingly, Joshua justru menawarkan diri untuk mengantarkanku ke tempat itu. Gyaaaa~ Kurang bahagia apaaaaa? Pada akhirnya kami janjian untuk ketemu lagi hari Kamis sore. Setelahnya kami kembali ke mobil dan menuju TBS untuk selanjutnya berangkat ke Hat yai, Thailand. Kami berpisah di TBS malam itu.



Joshua yang super baik :) *maafkan aku numpang ngeksis*


Oh, Bang Josh... If only you know what i've experienced the day before, you will understand why i feel so happy and thankful to have you on my trip.

Hari ketiga sungguh bahagia, akankah bahagia di hari berikutnya?

1 komentar: