Datang Beriring Ikhlas

Sepotong cerita kehidupan yang ingin kuabadikan dalam tulisan, sebagai kenang-kenangan untuk kehidupan yang akan datang. Sebuah fase penting dalam hidup yang tidak terduga arah jalannya.

Ikhlas...

Ada sebuah rasa dan sebuah nama yang selalu berusaha ditampik dan diabaikan...
Berlindung di balik kata "sahabat", semua dipaksa menjadi biasa saja.
Ternyata...
Rasa itu sudah menggerogoti hati, menjadi penyakit dan menghalangi jalan bagi yang lainnya.
Entah sejak kapan dan bagaimana mulanya, yang jelas ketika sadar, rasa tersebut sudah terlanjur tidak terbendung.

Tangis pun pecah di sore itu, tangis yang begitu hebat hingga badanku terguncang dan tidak sanggup tegak. Tubuhku menempel sepenuhnya di lantai, air mataku membanjir di sajadah, "Iya Allah.... hamba mengaku....". Pengakuan terjujur yang pernah kulakukan di hadapan Tuhanku. Jujur pada diri sendiri, jujur di hadapanNya bahwa memang ada rasa yang luar biasa hebat yang ternyata kusimpan belasan tahun lamanya. Sebuah rasa yang salah, yang tidak pada tempatnya, yang menjadi penghalang bagi yang lainnya.

Ikhlas...

Menyadari, menerima, dan mengakui bahwa ada yang salah dengan hati ini, selama ini. Melindungi diri dari aktivitas pacaran, menolak berbagai macam ajakan untuk beradu kasih sayang, namun ternyata jauh di lubuk hati terdalam ada bagian yang tidak kuasa kulindungi. Hati yang seharusnya terjaga hingga hari suci, nyatanya sudah terisi.

"Allah, jangan biarkan perasaan ini menghalangi datangnya jodoh. Hamba pasrahkan sepenuhnya hati hamba padaMu", pintaku sambil mengiba pada Allah. Kukembalikan fitrah hatiku padaNya, dan mengikhlaskan segala rasa yang baru saja kusadari tersebut.... Pasrah dengan sebenar-benarnya pasrah, ikhlas dengan sebenar-benarnya ikhlas, melepas dengan sebenar-benarnya lepas.

Di titik itu aku merasa tenang...
Hati terasa ringan...

Ikhlas...

"Hamba pasrahkan segala urusan kepadaMu, yaa Allah. Jika telah sampai waktu hamba, maka mudahkanlah semua. Insyaallah hamba ikhlas menerima apapun takdirMu, apapun itu".

Dalam satu sore, kukumpulkan semua ikhlas itu...


Sore berikutnya...
Sebuah pesan singkat masuk ke Hp,

"Bismillah, insyaallah Mas XXXXX adalah calon mantu bapak dan ibu akhmad fakhruddin sekaligus kakak dari Dina dan Fahmi. Selamat sayangku", tulis ibuku disertai sebuah foto kedua orangtuaku bersama dengan seorang laki-laki yang hari itu datang menyatakan keseriusannya untuk menikahiku pada kedua orang tuaku. 

Sosok laki-laki yang belum pernah sukses merebut hatiku tiba-tiba Allah hadirkan di rumah, menjadi laki-laki pertama yang memintaku di hadapan orangtuaku dan diterima oleh mereka. Anehnya, hatiku menjadi tenang seketika. "Alhamdulillah", ucapku reflek. Bahagia yang aku sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana.

Hari ini, kami melangkah dengan pasti, setahap demi setahap menuju jenjang yang kami sepakati bersama. Segalanya terasa diberi kemudahan dan jalan menuju hari itu seolah dibukakan lebar-lebar olehNya. Alhamdulillah wa barakallah. Semoga terus dimudahkan dan diberkahi proses yang harus dilalui ini.

Allah akan hadirkan dia yang dipilih langsung olehNya, yang dikirim dari sisiNya, yang betul-betul diridhoiNya, selama kamu percaya sepenuhnya padaNya.

Dan dia datang beriring ikhlas :)



Matsuyama, 7 Juni 2017
Ardhika Ulfah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar